Langsung ke konten utama

Pengendalian Mutu Bahan Pakan (Bungkil Kedelai)





 
Bungkil kedelai 
 
Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara kimia (solvent).

a.      Mutu pakan

Mutu fisik

Uji mutu fisik dari bungkil kedelai dapat dilihat dari kerapatan tumpukan dan dengan uji apung. Kerapatan tumpukan dari bungkil kedelai yang baik adalah 594,1 – 610,2 kg/m3. Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempati.

Mutu organoleptik
Uji organoleptik dari bungkil kedelai dapat dilihat dari warna, bau, tekstur dan rasa. Warna yang baik dari bungkil kedelai adalah coklat muda kekuningan, bau apek atau khas kedelai, tekstur halus dan rasa hambar.

Mutu kimia
Uji kimiawi dari bungkil kedelai adalah dapat dilihat dari kandungan nutrisinya
Komposisi (%)
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
Air
12
12
12
Protein kasar
47
44
41
Serat kasar
6
6,5
9
Abu
6
7
8
Lemak
3,5
3,5
5
Ca
0,2 – 0,4
0,2 – 0,4
0,2 – 0,4
P
0,5 – 0,8
0,5 – 0,8
0,5 – 0,8
Aflatoksin (ppb)
40
50
50

b.      Cara uji mutu

Uji fisik
Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan bahan ke dalam gelas ukur dengan menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 100 ml. Gelas ukur yang telah berisi bahan ditimbang. Uji apung dilakukan dengan cara mengambil bungkil kedelai yang telah homogen dan memasukkan ke dalam segelas air, jika terapung maka bungkil kedelai tersebut tidak dicampur dengan bahan asing lain (subalan).

Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan cara mengamati menggunakan indra yaitu penciuman untuk menilai bau, perabaan untuk menilai tekstur, perasa untuk menilai rasa dan penglihatan untuk menilai warnanya.

Uji kimiawi
Uji kimiawi dilakukan dengan cara melakukan analisis pada bungkil kedelai yaitu dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar.
           
c.       Penyebab penurunan mutu

Penyebab kualitas bungkil kedelai turun adalah dapat dilihat dari lingkungan, hama dan juga mikrobia. Jika keadaan lingkungan lembab maka bungkil kedelai akan menyerap kadar air dan akan menyebabkan pertumbuhan mikrobia yaitu jamur dan bakteri patogen lainnya. Hama yang biasa menyebabkan penurunan mutu adalah tikus yang dapat merusak kemasan dan membuat pakan tercecer.

d.      Pengendalian mutu

Pengendalian kualitas bungkil kedelai agar tetap berkualitas adalah dengan cara mengurangi kadar air sampai sesuai standar dan juga melakukan pengemasan menggunakan bahan pengemas yang kuat dan tidak mudah sobek. Tujuannya adalah agar saat pendistribusian mudah dan juga bisa terhindar dari sinar matahari langsung. Untuk mengendalikan hama yaitu dengan cara membersihkan gudang penyimpanan secara rutin.


 
Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara kimia (solvent).

a.      Mutu pakan

Mutu fisik

Uji mutu fisik dari bungkil kedelai dapat dilihat dari kerapatan tumpukan dan dengan uji apung. Kerapatan tumpukan dari bungkil kedelai yang baik adalah 594,1 – 610,2 kg/m3. Kerapatan tumpukan merupakan perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempati.

Mutu organoleptik
Uji organoleptik dari bungkil kedelai dapat dilihat dari warna, bau, tekstur dan rasa. Warna yang baik dari bungkil kedelai adalah coklat muda kekuningan, bau apek atau khas kedelai, tekstur halus dan rasa hambar.

Mutu kimia
Uji kimiawi dari bungkil kedelai adalah dapat dilihat dari kandungan nutrisinya
Komposisi (%)
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
Air
12
12
12
Protein kasar
47
44
41
Serat kasar
6
6,5
9
Abu
6
7
8
Lemak
3,5
3,5
5
Ca
0,2 – 0,4
0,2 – 0,4
0,2 – 0,4
P
0,5 – 0,8
0,5 – 0,8
0,5 – 0,8
Aflatoksin (ppb)
40
50
50

b.      Cara uji mutu

Uji fisik
Kerapatan tumpukan diukur dengan cara mencurahkan bahan ke dalam gelas ukur dengan menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 100 ml. Gelas ukur yang telah berisi bahan ditimbang. Uji apung dilakukan dengan cara mengambil bungkil kedelai yang telah homogen dan memasukkan ke dalam segelas air, jika terapung maka bungkil kedelai tersebut tidak dicampur dengan bahan asing lain (subalan).

Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan cara mengamati menggunakan indra yaitu penciuman untuk menilai bau, perabaan untuk menilai tekstur, perasa untuk menilai rasa dan penglihatan untuk menilai warnanya.

Uji kimiawi
Uji kimiawi dilakukan dengan cara melakukan analisis pada bungkil kedelai yaitu dengan analisis proksimat untuk mengetahui kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar.
           
c.       Penyebab penurunan mutu

Penyebab kualitas bungkil kedelai turun adalah dapat dilihat dari lingkungan, hama dan juga mikrobia. Jika keadaan lingkungan lembab maka bungkil kedelai akan menyerap kadar air dan akan menyebabkan pertumbuhan mikrobia yaitu jamur dan bakteri patogen lainnya. Hama yang biasa menyebabkan penurunan mutu adalah tikus yang dapat merusak kemasan dan membuat pakan tercecer.

d.      Pengendalian mutu

Pengendalian kualitas bungkil kedelai agar tetap berkualitas adalah dengan cara mengurangi kadar air sampai sesuai standar dan juga melakukan pengemasan menggunakan bahan pengemas yang kuat dan tidak mudah sobek. Tujuannya adalah agar saat pendistribusian mudah dan juga bisa terhindar dari sinar matahari langsung. Untuk mengendalikan hama yaitu dengan cara membersihkan gudang penyimpanan secara rutin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengendalian Mutu Bahan Pakan Hewani (Tepung ikan)

Tepung ikan merupakan salah satu hasil pengawetan ikan dalam bentuk kering yang dihilangkan seluruh lemaknya. a.       Mutu pakan Mutu fisik Uji mutu fisik dari tepung ikan dapat dilihat dari uji apung dan uji kehalusan. Mutu organoleptik Mutu organoleptik dari tepung ikan dapat dilihat dari warna, bau, tekstur dan rasa. Warna yang baik dari tepung ikan adalah kuning kecoklatan, bau amis atau khas ikan, rasa amis dan tekstur halus. Mutu kimiawi Mutu kimiawi dari tepung ikan dapat dilihat dari kandungan nutrisi. Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III a)      Air (%) maks 10 12 12 b)      PK (%) min 65 55 45 c)      SK (%) maks 1,5 2,5 3 d)      Abu (%) maks 20 25 30 e)      LK (%) maks 8 10 12 f)     

Kegunaan ATP (energi) untuk Kontraksi Otot Ternak

Sapi Bali merupakan sapi lokal yang banyak dipelihara di Bali dan memiliki peranan utama sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kualitas daging sapi dapat dilihat dari beberapa kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, abu, air, dll. Protein pada daging sapi berkisar antara 16 – 22% untuk membentuk jaringan ikat. Kadar protein akan menurun selama penyimpanan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan pH pada saat pembentukan asam laktat sehingga terjadi penurunan daya ikat air. Penurunan pH yang cepat terjadi karena adanya pemecahan ATP untuk meningkatkan kontraksi aktomiosin dan daya mengikat protein . Kadar lemak daging sapi secara umum berkisar antara 2,5% tergantung jenis, spesies, umur dan aktivitas ternak. Kadar karbohidrat daging sapi terdapat dalam jumlah sedikit yaitu kurang dari 1% dari berat daging yang berbentuk glikogen dan asam laktat. Kadar air daging juga sangat penting karena dapat berpengaruh pada warna, tekstur, kekenyalan,