Banyak orang yang ketika mudik lebaran tahun ini membuat janji untuk
datang ke tempat kami. Ada sebagian yang bisa kami temui dan ada
sebagian juga yang tidak bisa kami temui karena kami juga mudik untuk
berlebaran dengan keluarga. Beragam alasan mereka datang, ada yang hanya
ingin memastikan kalau usaha kami benar-benar ada, ada yang langsung
membeli produk, ada yang sekedar konsultasi dan ada yang sekedar
silaturrahmi mumpung lebaran. Untuk yang berkesempatan datang ke tempat
kami dan belum bisa ketemu, kami juga memohon maaf atas hal itu. Semoga
hal tersebut tidak menjadikan hubungan kita terputus.
Sebagian orang terutama saat mudik lebaran ke desa atau kampung halaman melihat peluang usaha yang ada di perdesaan. Maklum, setelah terjenuhkan sekian lama di perkotaan dengan rutinitas harian dan lain sebagainya dan kadang juga pikiran tidak bisa berjalan maksimal maka ketika pulang ke desa pikiran sedikit lebih fresh sehingga bisa memikirkan sesuatu yang baru. Kami di sini hanya akan membicarakan sektor peternakan karena itu merupakan bidang kami sedangkan peluang usaha di sektor lainnya sangat tidak pantas kami membahasnya karena kami bukan ahlinya. Setelah melihat peluang yang ada, maka timbul pertanyaan apakah nantinya peluang ini akan ditangani langsung atau bisa system gaduh? Tapi ini adalah masalah lain, yang terpenting sekarang adalah dari sisi peluang untuk memulai usaha ternak unggas.
Sebut saja bapak Fahad, salah satu pelanggan kami dari Sukabumi ketika mudik lebaran kemaren berkesempatan bertemu dengan kami. Sebelumnya memang sudah pernah memesan bibit unggas dan kali ini membeli mesin penetas telur untuk mencoba lebih serius menekuni usaha tersebut. Beliau bercerita panjang lebar tentang usahanya yang dulu-dulu tentang perunggasan. Kebetulan waktu kerja dikantornya dapat di atur sehingga masih berkesempatan untuk menjalankan bisnis ini. Beliau bercerita, bahwa di sana (Sukabumi) peluang beternak enthok sangat-sangat bagus terutama masalah harga. Dari pembicaraan yang panjang lebar tersebut, kami dapat menyimpulkan satu peluang berharga yaitu peluang bisnis enthok dan satu pengalaman berharga yaitu cara mencari partner/karyawan. Dalam mencari karyawan untuk zaman sekarang ini (maaf, karena mencari orang jujur saat ini bisa dibilang sangat-sangat sulit) perlu hati-hati. Beliau tidak segan-segan tidur dirumah calon karyawan yang akan direkrutnya, karena dari keseharian calon karyawan paling tidak bisa mencerminkan kepribadian hidupnya walau tidak 100% terjadi.
Ada juga yang datang membeli mesin penetas telur dari usaha semula yaitu beternak sapi potong, tapi usahanya saat ini bisa di bilang nunggu tanggal untuk tutupnya alias bankrut. “Lha bagaimana mas, setahun yang lalu saya beli sapi seharga 5 juta, tapi sekarang hanya laku 4 juta. Yang 1 juta itu kemana dan biaya perawatan selama itu ikut siapa? ” Aku sang bapak tersebut. Sekarang Beliau berusaha melirik bisnis ternak unggas terutama ayam kampung dengan mencoba membeli mesin penetas telur sebagai langkah awal. Kalau berhasil tidak mustahil akan dikembangkan dalam jumlah besar dan membeli mesin tetas kapasitas besar karena sudah didukung sarana seperti kandang bekas sapi potong dan SDM yang memadai seperti lulusan SNAKMA dan lainnya.
Ada juga yang bercerita tentang kemalasannya untuk balik ke tempat kerja semula karena dianggap pekerjaan tersebut monoton dan tidak ada peningkatan skill. Ada salah satu teman kami yang bekerja pada salah satu perusahaan penggemukan (fattening) kambing dengan penempatan kerja di Lampung. Dia bilang balik kerja setelah lebaran hanya untuk menyelesaikan tugas dan kalau bisa berpamitan atau paling tidak bikin ulah agar di PHK sehingga dapat pesangon dan dari pesangon tersebut akan digunakan untuk memulai usaha ternak ayam kampung di kota Batu-Malang. Cerita dari salah satu rekan kuliah dulu di fakultas peternakan ketika berkunjung ke rumah kami pada lebaran tahun ini.
Ada juga yang beralasan ingin memulai usaha unggas (enthok) karena harga enthok di tempat tinggalnya cukup mahal dan sangat potensial. Di samping itu dia juga sudah bosan alias jenuh beternak sapi perah yang perawatannya bisa dibilang agak ‘manja’ sehingga yang empunya ternak tidak bisa pergi kemana-mana karena butuh pemerahan rutin pagi dan siang dan yang merawat mesti orang yang sama. Di tambah lagi masalah klasik dalam beternak sapi perah yaitu antara harga susu dan pakan yang tidak seimbang, sehingga hasil yang diperoleh setiap hari hanya cukup untuk biaya perawatan.
Beternak unggas baik untuk tujuan pedaging ataupun petelur sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan, hanya butuh manajemen usaha saja yang lebih baik. Buktinya bapak, kakek dan masyarakat sebelumnya kita sudah ada beternak. Kalau mereka dulu baru bisa menjual ayam kampung pada umur 4-5 bulan, maka hal itu tidak perlu kita tiru. Kalau kita bisa menjual ayam kampung dalam hitungan 2-3 bulan atau itik/bebek hitungan 50 hari saja kenapa tidak? Kemajuan zaman, teknologi dan informasi semestinya kita ikuti agar kita tidak tertinggal perkembangan.
Dari paparan realita di atas dan juga bukti dilapangan diantaranya kami masih kebanjiran order untuk bibit unggas terutama doc ayam kampung, doc ayam arab, dod itik mojosari, dan mesin penetas telur maka bisa disimpulkan bahwa peluang bisnis unggas saat ini masih sangat menjanjikan. Memang kendala utama selama ini yang di rasa menghambat adalah faktor pakan, akan tetapi perlu diingat kendala perlu di cari solusinya. Sebelumnya kami juga sudah menuliskan permasalahan pakan unggas dan sedikit solusi dalam mengatasinya. Jadi tidak ada salahnya kalau kita mencobanya sekarang.
Sebagian orang terutama saat mudik lebaran ke desa atau kampung halaman melihat peluang usaha yang ada di perdesaan. Maklum, setelah terjenuhkan sekian lama di perkotaan dengan rutinitas harian dan lain sebagainya dan kadang juga pikiran tidak bisa berjalan maksimal maka ketika pulang ke desa pikiran sedikit lebih fresh sehingga bisa memikirkan sesuatu yang baru. Kami di sini hanya akan membicarakan sektor peternakan karena itu merupakan bidang kami sedangkan peluang usaha di sektor lainnya sangat tidak pantas kami membahasnya karena kami bukan ahlinya. Setelah melihat peluang yang ada, maka timbul pertanyaan apakah nantinya peluang ini akan ditangani langsung atau bisa system gaduh? Tapi ini adalah masalah lain, yang terpenting sekarang adalah dari sisi peluang untuk memulai usaha ternak unggas.
Sebut saja bapak Fahad, salah satu pelanggan kami dari Sukabumi ketika mudik lebaran kemaren berkesempatan bertemu dengan kami. Sebelumnya memang sudah pernah memesan bibit unggas dan kali ini membeli mesin penetas telur untuk mencoba lebih serius menekuni usaha tersebut. Beliau bercerita panjang lebar tentang usahanya yang dulu-dulu tentang perunggasan. Kebetulan waktu kerja dikantornya dapat di atur sehingga masih berkesempatan untuk menjalankan bisnis ini. Beliau bercerita, bahwa di sana (Sukabumi) peluang beternak enthok sangat-sangat bagus terutama masalah harga. Dari pembicaraan yang panjang lebar tersebut, kami dapat menyimpulkan satu peluang berharga yaitu peluang bisnis enthok dan satu pengalaman berharga yaitu cara mencari partner/karyawan. Dalam mencari karyawan untuk zaman sekarang ini (maaf, karena mencari orang jujur saat ini bisa dibilang sangat-sangat sulit) perlu hati-hati. Beliau tidak segan-segan tidur dirumah calon karyawan yang akan direkrutnya, karena dari keseharian calon karyawan paling tidak bisa mencerminkan kepribadian hidupnya walau tidak 100% terjadi.
Ada juga yang datang membeli mesin penetas telur dari usaha semula yaitu beternak sapi potong, tapi usahanya saat ini bisa di bilang nunggu tanggal untuk tutupnya alias bankrut. “Lha bagaimana mas, setahun yang lalu saya beli sapi seharga 5 juta, tapi sekarang hanya laku 4 juta. Yang 1 juta itu kemana dan biaya perawatan selama itu ikut siapa? ” Aku sang bapak tersebut. Sekarang Beliau berusaha melirik bisnis ternak unggas terutama ayam kampung dengan mencoba membeli mesin penetas telur sebagai langkah awal. Kalau berhasil tidak mustahil akan dikembangkan dalam jumlah besar dan membeli mesin tetas kapasitas besar karena sudah didukung sarana seperti kandang bekas sapi potong dan SDM yang memadai seperti lulusan SNAKMA dan lainnya.
Ada juga yang bercerita tentang kemalasannya untuk balik ke tempat kerja semula karena dianggap pekerjaan tersebut monoton dan tidak ada peningkatan skill. Ada salah satu teman kami yang bekerja pada salah satu perusahaan penggemukan (fattening) kambing dengan penempatan kerja di Lampung. Dia bilang balik kerja setelah lebaran hanya untuk menyelesaikan tugas dan kalau bisa berpamitan atau paling tidak bikin ulah agar di PHK sehingga dapat pesangon dan dari pesangon tersebut akan digunakan untuk memulai usaha ternak ayam kampung di kota Batu-Malang. Cerita dari salah satu rekan kuliah dulu di fakultas peternakan ketika berkunjung ke rumah kami pada lebaran tahun ini.
Ada juga yang beralasan ingin memulai usaha unggas (enthok) karena harga enthok di tempat tinggalnya cukup mahal dan sangat potensial. Di samping itu dia juga sudah bosan alias jenuh beternak sapi perah yang perawatannya bisa dibilang agak ‘manja’ sehingga yang empunya ternak tidak bisa pergi kemana-mana karena butuh pemerahan rutin pagi dan siang dan yang merawat mesti orang yang sama. Di tambah lagi masalah klasik dalam beternak sapi perah yaitu antara harga susu dan pakan yang tidak seimbang, sehingga hasil yang diperoleh setiap hari hanya cukup untuk biaya perawatan.
Beternak unggas baik untuk tujuan pedaging ataupun petelur sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan, hanya butuh manajemen usaha saja yang lebih baik. Buktinya bapak, kakek dan masyarakat sebelumnya kita sudah ada beternak. Kalau mereka dulu baru bisa menjual ayam kampung pada umur 4-5 bulan, maka hal itu tidak perlu kita tiru. Kalau kita bisa menjual ayam kampung dalam hitungan 2-3 bulan atau itik/bebek hitungan 50 hari saja kenapa tidak? Kemajuan zaman, teknologi dan informasi semestinya kita ikuti agar kita tidak tertinggal perkembangan.
Dari paparan realita di atas dan juga bukti dilapangan diantaranya kami masih kebanjiran order untuk bibit unggas terutama doc ayam kampung, doc ayam arab, dod itik mojosari, dan mesin penetas telur maka bisa disimpulkan bahwa peluang bisnis unggas saat ini masih sangat menjanjikan. Memang kendala utama selama ini yang di rasa menghambat adalah faktor pakan, akan tetapi perlu diingat kendala perlu di cari solusinya. Sebelumnya kami juga sudah menuliskan permasalahan pakan unggas dan sedikit solusi dalam mengatasinya. Jadi tidak ada salahnya kalau kita mencobanya sekarang.
Komentar
Posting Komentar